60Katakata bijak bahasa Jawa, penuh makna dan inspiratif from www.brilio.net. Tak heran, jika petuah jawa sunan kalijaga ini. Kata bijak bahasa jawa kuno sunan kalijaga. Pitutur sunan kalijaga rajin belajar sunan kalijaga lahir pada tahun 1450 di tuban dan wafat pada 1550 di desa kadilangu dekat kota. Source: www.pinterest.com Yangdisertai dengan keyakinan yang tinggi dalam berdoa dan mengerti makna doa yang diucapkan. Seperti, bahasa Sunan Kalijaga itu Jawa maka beliau menyusun lah doa-doa yang berbahasa Jawa, agar dapat dipahami oleh orang Jawa. Pada saat itu Sunan Kalijaga sudah memeluk agama Islam. Kemudian sunan Kalijaga mentransformasikan agama Islam oleh kepada Orang-orang Jawa. Yang menurut orang Jawa bahwa Agama Islam itu terasa asing bagi mereka. Sunan Kalijaga memiliki doa utama ketika malam hari yaitu Demikianlahdoa agar anak sholeh dan penurut dalam bahasa jawa yang diwariskan secara turun temurun dari sunan kalijaga. Mengko entuk pawisik seko gusti. Kisah Dialog Spiritual Gus Dur Dengan Sunan Kalijaga Bahkan untuk melindungi diri dalam pertempuran. Doa sunan kalijaga bahasa jawa. Doa yang diajarkan sunan kalijaga itu berbahasa jawa. Harum dupa menguar, ki ardi Doayang diajarkan Sunan Kalijaga itu berbahasa Jawa. Doa yang disampaikan dengan bahasa Jawa, akan lebih meresap ke dalam hati sanubari masyarakat sehingga diharapkan sang pendoanya memahami makna dan tujuan doa tersebut. Sebelum doa disampaikan, maka didahului oleh amalan PUASA MUTIH selama tiga atau tujuh hari. Salahsatu diantaranya adalah sunan kalijaga, yang banyak memberikan tausiyah dalam bentuk nasehat bahasa jawa. Setelahnya, sunan kalijaga pun diwejang oleh nabi khidir tentang kesulitan hidup bila diliputi kebodohan. Pitutur Sunan Kalijaga Rajin Belajar Sunan kalijaga lahir pada tahun 1450 di tuban dan wafat pada 1550 di desa kadilangu, dekat kota demak. Dalamkebudayaan kita memiliki doa tolak balak. Meski sudah lama, pada zaman Islam masuk mengalami adabtasi. Salah satu di antaranya yang popular, dan mudah diingat kidung tolak balak Sunan Kalijaga. "Dia yang menciptakan kidung sehingga menjadi bagian hidup bagi orang Jawa. Meski tak hanya di Jawa, jejaknya sampai di Thailand selatan," katanya. ILMUKAROMAH SUNAN KALIJAGA.Adalah ilmu beladiri yang bersifat laduni.Berbeda dengan beladiri tenaga dalam pada umumnya, ilmu ini dapat dukuadai tanpa belajar jurus, pernafasan, puasa, wirid dan lain-lain. Seorang murid menerima keilmuannya langsung dari Guru Besar melalu proses "transfer ilmu" lewat sentuhan tangan yang berlangsung hanya Studentat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Gabung untuk terhubung UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Laporkan profil ini Pendidikan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Bahasa Indonesia; Italiano (Bahasa Italia) 日本語 (Bahasa Jepang) Jenengasline Sunan kalijogo yoiku Raden Sahid. Putra Adipati Tuban sing jenenge Temenggung Wilatikta. Raden Sahid kalebu keturunane Ronggolawe sing agamane Hindu, uga kanthi asma Raden Sahur. Nalika Raden Sahid cilik, Raden Sahid wis di kenalake karo agama Islam karo guru kadipaten Tuban. Terdapatbanyak manfaat yang bisa didapatkan jika seseorang mau mengamalkan doa dan amalan dari yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Salah satunya adalah mendapatkan kemuliaan hidup dan keberkahan dari Allah SWT. Diketahui bahwa selama hidupnya, Sunan Kalijaga selalu melakukan sholat hajat sebanyak 4 rakaat setiap malam. Adapun ketentuan sholat hajat yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga antara lain : kkc7bqh. Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Bahasa Jawa sebagian besar banyak digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sama-sama bahasanya, namun yang membedakan adalah tata bahasanya. Meskipun berbeda-beda tetap satu bahasa yaitu bahasa Jawa. Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, “Wong Jowo sing ora njawani” Orang jawa yang tidak mengerti jawa’nya sendiri. Berikut rangkuman filosofi Jawa yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga, yang mungkin sering kali kita dengar atau pernah mendengarnya 1. Urip Iku Urup-Hidup itu nyala, yakni bisa berguna buat sesama manusia “Hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik”. Hidup itu seperti lampu atau lilin dan sejenisnya yang mampu memberi manfaat penerangan bagi yang membutuhkan. Ada yang hidup hanya sekadar hidup, namun tak memberi manfaat bagi sekitar. Dan juga hidup bersosial itu perlu. Kita tak bisa hidup sendiri, semua pasti saling membutuhkan karena kita diciptakan sebagai makhluk Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro “Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak”. Mengusahakan mengupayakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hidup di dunia. Dapat diartikan juga bahwa kita hidup di dunia ini hendaknya senantiasa mengusahakan dan menjaga keselamatan hidup kita sendiri dan kehidupan di sekitar kita dengan mempedulikan ciptaan Allah yang lain. Hal ini bertujuan supaya kehidupan kita menjadi selaras dan dinamis. 3. Suro Diyo Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti “Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar”. Keras hati adalah tidak peduli terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain. Seseorang yang hatinya mengalami kondisi tersebut tidak merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Sumber keras hati adalah hawa nafsu. Hendaknya kita mengontrol nafsu kita dengan bijak agar tidak terlanjur keras picik adalah sifat sempitnya tentang pandangan, pengetahuan, pikiran, dan sebagainya. Maka jadilah orang yang “longgar” terbuka. Karena orang yang terbuka dan tidak berpikiran sempit selalu memandang bahwa dari orang yang paling kecil pun, ia bisa belajar banyak dari mereka atau dari hal yang paling keliru pun, ada hal positif yang bisa diambil. Apalagi sifat angkara murka yang berarti kebingisan dan ketamakan yang jelas menjadi sifat yang tidak patut ditiru dan hanya menjadi celaka diri sendiri. 4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondo “Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; kaya tanpa didasari kebendaan”. Kita harus 'maju perang', namun kita harus berangkat sendiri, tidak diperbolehkan membawa 'pasukan'. Berjuang tanpa membawa massa. Mengapa demikian? Karena kita harus berperang melawan “diri sendiri'. Ungkapan Jawa, menang tanpa ngasorake tersebut memiliki arti bahwa tujuan pencapaian kita yang kita harapkan, kemenangan yang kita inginkan, haruslah tanpa merendahkan orang tanpa mengandalkan kekuatan, berarti suatu kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya, membuat orang lain sangat menghargainya. Sehingga apa yang diucapkannya, orang lain senantiasa mau mengikutinya. Kaya tanpa didasari kebendaan, kaya yang dimaksud sebenarnya adalah tidak berkekurangan, artinya bukan semata-mata harta yang menjadikan tolak ukur. Kaya yang dituju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta benda dan uang selama hidup. 5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan “Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; jangan sedih manakala kehilangan sesuatu”. Musibah tak pernah lepas dari manusia, namun jangan gampang menyerah. Sedih dan sakit hati, apalagi berburuk sangka dengan Sang Pencipta. Semua itu ujian bagi kita. Perlu diingat bahwa Allah tidak akan memberikan ujian yang melapaui batas makhluk-Nya. Jika kita tidak tergesa-gesa, mau bersabar dan berpikir jernih pasti ada jalan keluar atau solusinya. Yakinlah! Di balik kesulitan, ada kemudahan yang begitu dekat. 6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman “Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan mudah kolokan atau manja”. Jangan mudah terheran-heran adalah pelajaran untuk kita tidak mudah heboh atas sebuah peristiwa atau kejadian yang kita lihat. Kehebohan itulah yang justru membuat kita terlihat bodoh. Sikapi segala sesuatu dengan tenang dan anggap semuanya adalah kewajaran yang luar mudah menyesal adalah pelajaran untuk selalu menyadari bahwa setiap hal yang kita putuskan selalu mempunyai resiko, dan atas resiko yang terjadi maka kita harus selalu siap. Sesal kemudian tidak berguna. Selalu berpikir postif dan belajar atas semua kejadian adalah hal yang lebih mudah terkejut adalah pelajaran untuk kita bersikap waspada, mawas diri, fleksibel, dan tidak reaktif. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Oleh karenanya, jangan pernah meremehkan sesama. Bersikaplah secara wajar dan mudah kolokan atau manja, hidup kita adalah tanggung jawab kita. Setiap kewajiban kita perlu dikerjakan tanpa harus mendapat pujian dan sanjungan. Hidup tidak selalu mudah, tidak perlu berkeluh-kesah dan merengek, karena mengeluh dan merengek tidak akan menyelesaikan masalah kita. Hidup itu mesti diperjuangkan dengan penuh Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman “Jangan terobsesi atau terkukung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi”. Hidup ini bukan hanya tentang memiliki kedudukan yang tinggi yang dapat disegani oleh sekitar, sehingga kebendaan atau kekayaan yang menjadi tolak ukur atas tingginya martabat diri. Namun, semua itu hanya menuju ke kepuasan duniawi, dan seakan lupa kita mempunyai jiwa dan hati nurani yang sebenarnya berat menyangga semua itu. Nafsu yang menikmati, tapi hati yang bersih dapat ternodai. 8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidro Mundak Ciloko “Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka”. Manusia terkadang tidak bisa mengontrol diri ketika dia merasa pandai, sehingga menghalalkan kepandaiannya untuk berbuat curang, yang sebenarnya menjadi jurang celakanya sendiri. Teringat kata seseorang “Seorang guru itu bisa siapa saja. Siapa saja bisa menjadi guru; asal sesuatu darinya bisa di gugu dipercaya dan diikuti ucapan-ucapannya dan aku tiru contoh. Boleh jadi kalian, atau di antara kalian diam-diam adalah guru-guruku dalam berbagai hal dan bidang”. Bisa jadi kepandaian kita berasal belajar dari apapun yang di sekitar kita yang dianggap biasa, namun tidak kita sadari. Oleh karena itu, kita tidak bisa merasa paling pandai hingga menjadi sombong. Seseorang yang pandai bisa dimulai belajar dari sesuatu yang kecil dan mengarahkannya pada jalan yang baik. 9. Ojo Milik Barang kang Melok, Ojo Mangro Mundak Kendo “Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah. Jangan berpikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat”. Manusia rentan tergoda oleh sesuatu yang wah’ di matanya, hingga lupa apa yang menjadi tujuannya. Yang seharusnya dia berjalan lurus, namun bisa berbelok arah. Untuk melangkah dan mengambil keputusan harus lebih berhati-hati, perlunya pertimbangan yang matang guna mendapatkan keputusan yang baik dan benar, sehingga bisa meminimalisir resiko kesalahan dan akhirnya tidak ada lagi penyesalan yang Ojo Adigang, Adigung, Adiguno “Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti”. Nah, untuk ini sudah pasti banyak yang mendengar kata-kata yang cukup sederhana dan mudah dimengerti. Tidak perlu menjadi yang paling berkuasa, yang paling besar kedudukan dan martabatnya, dan yang paling sakti atau kuat dirinya. Karena semua itu akan menjadikan kita perpecahan dan buta akan kebhinekaan atau keberagaman yang seharusnya menjadi warna layaknya kamu mungkin bukan orang Jawa, memaknai filosofi tadi juga nggak ada salahnya, kok. Toh, jika itu baik, kenapa nggak? 🙂 Jakarta - Sunan Kalijaga adalah tokoh penyebar agama Islam yang populer di Tanah Jawa khususnya Jawa Tengah. Ia berdakwah menggunakan metode yang sangat lekat dengan budaya masyarakat Jawa pada saat Songo memiliki peran besar dalam sejarah masuknya agama Islam di Tanah Jawa. Sebagai pelopor Islam, kisah Wali Songo saat menyebarkan ajarannya patut menjadi suri tauladan bagi dalam Jurnal Wali Songo, wali merupakan sosok yang memiliki kelebihan atas kedekatannya dengan Allah SWT. Wali menjadi wasilah atau perantara antara manusia dengan Allah berasal dari bahasa Arab dari kata Waliyullah yang berarti orang yang dicintai dan mencintai Allah SWT. Sementara itu, Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti kata Wali Songo diartikan sebagai sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah SWT. Mereka mengemban tugas suci untuk mengajarkan agama satu Wali Songo yang menyebarkan siar Islam di Jawa Tengah adalah Sunan dari buku Sunan Kalijaga Raden Said karangan Yoyok Rahayu Basuki, Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 Masehi. Nama aslinya Raden Said. Ayahnya seorang adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta atau Raden Kalijaga juga dikenal dengan Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden pada masa remaja Sunan Kalijaga suka merampok. Menurut berbagai sumber, tindakannya dilatarbelakangi oleh ketidakadilan yang dirasakan rakyat kecil karena mereka harus membayar pajak atau ia membongkar gudang makanan lalu mencuri dan membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Namun, tindakan yang dilakukannya justru membuat ayahnya merasa malu. Sehingga ia pada suatu ketika, Sunan Kalijaga hendak merampok tanpa diketahui ternyata orang yang menjadi sasarannya adalah Sunan Bonang. Akhirnya Sunan Kalijaga dibimbing oleh Sunan Bonang untuk menjadi yang menjadi cikal bakal perubahan nama Raden Said menjadi Sunan Kalijaga hingga menjadi penerus halaman berikutnya Sunan Kalijaga menjadi salah satu Wali Songo yang mengajarkan agama Islam melalui kesenian. Jenis seni yang populer digunakan oleh Sunan Kalijaga adalah Kalijaga terlahir pada tahun 1450 Masehi di Tuban. Beliau wafat di Kadilangu, Demak pada tahun 1513 seorang bangsawan bernama Raden Ahmad Sahuri yang merupakan Adipati Tuban VIII. Sedangkan ibunya adalah puteri dari Raden Kidang Telangkas yakni Dewi sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam, tak hanya di kawasan Jawa Tengah, tapi juga Jawa Barat. Hal ini diperkuat dengan keikutsertaannya dalam pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Juga Mengenal 9 Wali Songo, Para Tokoh Penyebaran Ajaran Islam di Pulau JawaNama Asli Sunan KalijagaFoto Sunan Kalijaga Kalijaga memiliki nama asli Pangeran Santi Kusumo. Berhubung beliau adalah anak adipati Tuban, maka namanya pun memiliki gelar sebagai Raden Mas nama Sunan Kalijaga ini ada alasannya. Jadi pada saat beliau menjadi murid Sunan Bonang, Sunan Bonang mencoba mengetes kegigihannya. Caranya dengan menyuruh Sunan Kalijaga untuk menjaga tongkat Sunan Bonang yang sengaja ditancapkan di pinggir Kalijaga pun menjaga tongkat tersebut selama berhari-hari tanpa meninggalkan tempatnya hingga Sunan Bonang datang kembali mengambil tongkatnya. Dari sinilah Sunan Bonang memberikan nama Sunan Kalijaga karena telah menjaga tongkat yang ditancapkan di pinggir juga yang mengatakan kalau nama Sunan Kalijaga ini didapat karena di awal-awal masa berdakwahnya, beliau memilih lokasi di Desa Kalijaga dengan masyoritas penduduknya yang merupakan orang Indramayu dan tempat berdakwah pertamanya ini adalah Desa Kalijaga, maka nama Kalijaga pun disematkan kepada julukan sebagai Sunan Kalijaga, beliau juga menyandang banyak nama karena mahir dalam mendalang. Beberapa julukan yang didapat adalah Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok, Ki Dalang Kumendung, dan Ki ada satu nama yang akan mengingatkan Sunan Kalijaga akan sejarah kelam kehidupannya, yakni nama Lokajaya. Sunan Kalijaga mendapatkan nama tersebut karena dulunya beliau ini gemar merampok dan membunuh Juga Mengenal Candi Singosari yang Jadi Peninggalan Terakhir Kerajaan SingasariAwalnya Seorang Berandalan yang BertobatFoto Sunan Kalijaga yang Bertaubat masa mudanya, Sunan Kalijaga memang merupakan seorang berandalan yang sangat suka melakukan kejahatan seperti merampok hingga membunuh yang dimilikinya ini sebenarnya ada alasannya. Pada waktu itu, beliau merasa tidak terima dengan pemerintahan yang ada di Tuban. Para rakyat jelata kelaparan karena mengalami kemarau panjang, tapi pemerintah Tuban justru menarik pajak dan upeti dari karena itu, sebagai bentuk protes, maka Sunan Kalijaga memutuskan untuk merampok harta para bangsawan dan pejabat. Harta rampasan tersebut tak semerta-merta dinikmati oleh Sunan Kalijaga, tetapi beliau akan membagikannya kepada rakyat Juga Kisah Nabi Muhammad SAW, Nabi dan Rasul Terakhir Suri Tauladan Umat IslamPernah Merampok Sunan BonangFoto Sunan Bonang tidak terpujinya ini pun berhenti setelah beliau bertemu Sunan Bonang. Pertemuan keduanya ini bisa dikatakan merupakan pertemuan yang tidak menyenangkan karena waktu itu Sunan Kalijaga berniat untuk merampok Sunan Bonang yang sedang lewat di daerah Sunan Kalijaga bercerita mengenai alasannya merampok, Sunan Bonang justru memarahinya dan melarangnya untuk melakukan hal tersebut lagi. Sunan Bonang mengerti maksud dari niat Sunan Kalijaga, tapi memberikan sedekah kepada orang dengan cara merampok orang lain sama saja dengan membersihkan pakaian dengan air bertemu dengan Sunan Bonang itulah, Sunan Kalijaga lalu bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi. Beliau pun menjadi murid dari Sunan Juga 7+ Tradisi Islam di Nusantara, Beda Daerah Beda juga Tradisinya, Unik!Berdakwah dengan Menggunakan WayangFoto Pertunjukan Wayang Kalijaga sangat dikenal oleh masyarakat sebagai pendalang yang handal. Beliau bisa mendalang dengan sangat baik. Saat beliau mendalang tersebut, disisipkanlah unsur-unsur serta ajaran secara tidak langsung, masyarakat akan mulai mengetahui tentang ajaran Islam melalui pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Jawa yang pada masa itu sangat menyukai wayang akhirnya mulai berbondong-bondong untuk datang menonton pertunjukan wayang dari Sunan penonton yang datang untuk menyaksikan pertunjukan wayang Sunan Kalijaga tidak hanya karena beliau mahir dalam mendalang, tetapi juga karena tiket masuknya ini gratis alias tidak dipungut biaya sepeser ini membuat semua kalangan masyarakat, terutama kalangan bawah pun bisa menikmati pertunjukan wayang sebagai hiburan tanpa perlu ada syarat yang diberlakukan oleh Sunan Kalijaga bagi orang-orang yang ingin menonton pertunjukan wayangnya, yakni mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tiket Juga Memahami Arti Kedutan Dagu Berdasarkan Medis dan Primbon JawaPertunjukan Wayang Sunan Kalijaga Memadukan Naskah Kuno dengan Ajaran IslamFoto Wayang dalam Budaya Jawa tidak mudah bagi masyarakat Jawa yang pada saat itu menganut animisme untuk menerima ajaran karena itu, supaya masyarakat Jawa bisa menerima secara pelan-pelan agama Islam, Sunan Kalijaga pun memadukan naskah kuno dengan ajaran Islam dalam pertunjukan kuno yang dipentaskan seperti lakon Dewa Ruci, Layang Kalimasada, Lakon Petruk menjadi Raja, dan lain sebagainya. Nanti di dalamnya akan disisipkan ajaran-ajaran kebaikan dari itu, Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru yang hingga saat ini masih sangat populer seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Juga 10 Tradisi Jawa Tengah yang Hingga Kini Masih DilestarikanSunan Kalijaga Juga Menggunakan Kesenian Lain dalam BerdakwahFoto Kesenian Tradisional Jawa BeliaikinFoto BeliaikinTernyata tidak hanya menggunakan wayang dalam berdakwah, tapi Sunan Kalijaga juga menggunakan jenis kesenian lainnya seperti tembang. Beberapa tembang ternama yang masih sering dinyanyikan oleh masyarakat Jawa adalah lagu ilir-ilir tersiratkan makna kalau kita diharapkan bisa bangun dari kesedihan, berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan, mengumpulkan amalan kebaikan sebanyak mungkin, dan lain membuat tembang, Sunan Kalijaga juga bekerjasama dengan seniman dalam membuat topeng, pakaian untuk pementasan kesenian, dan lain berdakwahnya yang menggunakan kesenian ini dipengaruhi dari ajaran Sunan Bonang yang juga sama-sama menggunakan seni dalam sekilas cerita sejarah tentang Sunan Kalijaga yang perlu Moms ketahui. Menurut Moms, apakah cara berdakwah seperti Sunan Kalijaga masih bisa kita jumpai saat ini?